Selasa, 17 Februari 2015

Pengalamanku di Jurusan Seni Tari SMK Negeri 57



Pada tahun 2012, SMK Negeri 57 membuka jurusan baru yaitu Seni Tari dan Seni Karawitan dan jurusan-jurusan tersebut diklasifikasikan dalam jurusan seni pertunjukkan. Siswa/siswi yang masuk ke dalam jurusan seni tari khususnya, mendapatkan pelajaran berbagai macam tarian dari Betawi sekaligus juga diajarkan bagaimana cara menarikan tarian-tarian Betawi tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga mendapatkan pengetahuan tentang tarian dari berbagai daerah atau disebut Repertoar Tari. Disini saya sebagai siswi jurusan seni tari menempuh pendidikan selama 3 tahun di SMK Negeri 57. Saya merasa senang dan bangga bisa memasuki jurusan seni tari karena saya mendapatkan banyak sekali tentang pengetahuan budaya Indonesia dan pengalaman-pengalaman yang berharga ini membuat saya merasa cinta terhadap budaya negara sendiri dan akan selalu mengingatnya selama di hidup saya.

Pada saat saya menempuh semester pertama, saya mempelajari dan menarikan tari "Ragam Dasar Betawi". Tarian tersebut merupakan dasar gerak dari tari topeng Betawi. Sambil mempelajari gerak tarian, saya juga diajarkan bagaimana cara memakai kain model tari Betawi. Setelah mempelajari bagaimana cara menarikan tari "Ragam Dasar Betawi", saya dan siswi lain di kelas diuji oleh guru untuk menarikan tarian tersebut diakhir semester sebagai pengambilan nilai praktik. Memasuki semester kedua, saya mempelajari tari "Sirih Kuning". Tari Sirih Kuning merupakan tari yang ditarikan secara berpasangan. Selama belajar menarikan tari Sirih Kuning, menurut saya tarian ini mengambil beberapa gerakan dari gerak silat, khususnya pada gerakan tari Sirih Kuning bagian laki-laki. Setelah pembelajaran selesai, seperti biasa guru-guru akan menguji kembali untuk pengambilan nilai praktik, tetapi dalam ujian akhir semester dua ini mereka menyuruh kelas saya untuk membuat pagelaran tari. Pengalaman yang saya dapatkan dari ujian tersebut, saya menarikan tari "Sirih Kuning" secara berpasangan bersama teman saya dan saat itu saya mendapatkan peran untuk menarikan tari Sirih Kuning bagian perempuan. Serta tarian kami juga diiringi musik langsung gambang kromong oleh para siswa jurusan Seni Karawitan.

Singkat Cerita, di semester ketiga kelas XI, saya mempelajari tari "Lenggang Nyai" dan tari "Nandak Ganjen". Tidak hanya mendapatkan pelajaran tari dari sekolah, saya pernah juga mengikuti pelatihan seni tari tingkat dasar di Balai Latihan Kesenian di Jakarta Selatan. Disana saya mendapatkan dua sekaligus tarian dari Betawi yaitu tari "Gitek Balen" dan tari "Kotebang". Pengalaman yang saya dapatkan di BLK, saya bertemu dan diajarkan langsung oleh pencipta tari Gitek Balen dan tari Kotebang. Setelah mempelajari dua tarian tersebut saya sebagai peserta diuji oleh para instruktur tari untuk menarikan kembali dengan memakai kostum asli dari tarian itu dan kebetulan pada saat itu saya hanya diujikan untuk menari tari Kotebang saja. Memasuki semester keempat saya mempelajari tari "Gegot" dan tari berasal dari daerah lain seperti tari "Legong" dari Bali dan salah satu tarian dari Jawa Tengah. Sebelum menjelang PKL, saya diajarkan juga tari "Topeng Gong" dan "Topeng Tunggal" oleh Mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta yang sedang PKL disekolah saya. Saat waktu PKL tiba, saya ditempatkan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat selama 3 bulan. Saya merasa senang sekali ditempatkan disana, karena saya mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan tentang pertunjukkan. Pengalaman yang saya dapatkan yaitu menonton berbagai pertunjukkan di gedung teater juga sambil melihat bagaimana cara mengatur lighting, sound, dan dekorasi panggung. Tidak hanya itu, saya pun pernah bertemu seniman dan artis yang terkenal seperti Didik Ninik Thowok dan banyak lagi.
  
Selain belajar tari, saya diajarkan bagaimana cara make up rias dari masing - masing tarian Betawi serta make up fantasi dan bagaimana cara menata rambut cepol. Selain itu, saya diajarkan juga bagaimana cara memainkan musik tarian dengan alat musik tradisional Betawi seperti gambang, kromong, gendang, gong dan kecrek oleh guru musik saya. Pada saat semester kelima kelas XII, saya di tuntut untuk membuat karya tari sebagai ujian kompetensi dan menarikan tari Betawi kembali yang sudah diajarkan di semester lalu sebagai ujian tari individu. Kebetulan sekali di ujian tari individu, saya mendapatkan tari "Topeng Kedok" (Topeng Tunggal) karya ibu Kartini. Tarian ini menggunakan 3 topeng, yaitu topeng Panji warna putih, topeng Kelana warna merah muda, dan topeng Samba warna merah.




Pementasan karya tari di ujian kompetensi saat itu tanggal 11 Februari 2015. Hasil karya tari tersebut membuat saya sangat bangga sekali dengan pengalaman yang saya dapatkan  selama proses pembuatan karya yaitu bagaimana cara membuat karya tari dan mengatur pertunjukkan penampilan diatas panggung. Terakhir, inilah hasil karya tari kelompok saya yaitu tari "Kembang Jawara" bertemakan tentang pertentangan antara dua kubu di suatu gang daerah.



Demikian tulisan saya tentang pengalaman di jurusan seni tari, semoga kalian terinspirasi untuk mempelajari budaya Indonesia tidak hanya dalam bidang tari dan terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan ini, saya selaku penulis kurang lebihnya mohon dimaafkan.

1 komentar:

  1. Halo Harum, salam kenal. Selamat ya sudah menuntaskan pendidikan tarinya; saya sangat senang dan bangga masih ada generasi muda yang serius dalam menekuni seni tari Indonesia. Nama saya Yuni, founder Dapoer Tari Indonesia. Kami ingin turut berpartisipasi memajukan dunia tari Indonesia melalui workshop, performance dan networking. Kalau boleh tahu, Harum sekarang masih berprofesi di dunia tarikah? Kami akan senang sekali berkenalan dengan penari-penari generasi baru Indonesia. Salam, Dapoer Tari Indonesia. Facebook: Dapoer Tari Indonesia, Instagram: @dapoertariindonesia

    BalasHapus